Abstract:
Sarana transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara memegang peranan vital dalam
berbagai aspek termasuk sosial dan ekonomi melalui fungsi distribusi antara daerah satu dengan daerah
yang lain. Melalui transportasi penduduk antara wilayah satu dengan wilayah lainnya dapat ikut
merasakan hasil produksi yang rata maupun hasil pembangunan yang ada. Seiring berkembang
pesatnya teknologi membawa dampak yang baik bagi perkembangan transportasi karena sesuai dengan
meningkatnya kebutuhan manusia untuk mengirim atau memindahkan barang secara praktis, efisien
dan aman dari segala kondisi cuaca dari kawasan industri (hinterland) ke pelabuhan, kemudian dari
pelabuhan asal ke pelabuhan tujuan, maka digunakan kontainer dalam proses pengirimannya. Pada
proses kegiatan bongkar/muat dan pengiriman barang, kelancancaran operasional dapat didukung
dengan adanya transportasi darat (head truck). Truk petikemas adalah kendaraan pengangkut petikemas
terdiri dari kendaraan penarik (tractor head) dan kereta tempelan dimana petikemas ditempatkan, dan
alat-alat bongkar muat untuk lift on dan lift off dari atas kapal ke atas trailer dan sebaliknya, dari
lapangan ke atas trailer atau sebaliknya yaitu Container Crane (CC) dan Rubber Tyred Gantry Crane
(RTG) pada kegiatan operasional pelabuhan dengan produktivitas bongkar muat petikemas. Tetapi
dalam melaksanakan proses bongkar muat dan pengiriman (delivery), tidak sesuai yang diharapkan
oleh PT. Nilam Port Terminal Indonesia (NPTI), dikarenakan sering terjadi waiting charge (tunggu
muatan) sehingga menyebabkan waiting truck/unit container crane (berhenti bekerja dikarenakan
tunggu muatan pada saat muat atau tunggu trailer pada saat bongkar), kejadian tersebut dikarenakan
kondisi infrastruktur yang dilalui head truck kurang mendukung serta kondisi moda transportasi darat
(head truck) yang cukup tua, untuk melakukan kegiatan pengangkutan dan pengiriman barang serta
terbatasnya olah gerak head truck didalam lapangan penumpukan petikemas (CY) dikarenakan
sempitnya lapangan penumpukan, sehingga terjadi antrian yang menyebabkan kemacetan yang
menyebabkan proses pelaksanaan bongkar muat tidak berjalan secara efektif sesuai yang diharapkan
oleh perusahaan.